Tuesday 31 May 2011

Pahlawan Devisa yang terlupakan: Pekerja Indonesia di Hong Kong

Ratusan ribu pekerja Indonesia saat ini ada di Hong Kong untuk mencari sesuap nasi secara halal, demi untuk menghidupi keluarga mereka yang ada di Indonesia. Mereka adalah para pekerja yang ulet dan tekun, berani menyeberangi lautun untuk mencari rezeki, dengan berbagai resiko.

Mereka yang saat ini beada di Hong Kong masih beruntung, karena di HK sudah ada peraturan Tenaga Kerja Asing yang baku dan dilakukan dengan baik, sehingga sangat jarang sekali yang ditelantaerka, seperti para pekerja Indonesia di Saudi Arabia dan negara-negara lain di Timur Tengah.

Gaji minimun sebagai "Domestic Helper" adalah sebesar HK$3.700 (Rp 3,7 juta) per bulan bersih, sebab mereka diperbolehkan tinggal dan makan-minum dirumah majikan mereka. Namun ada diantara mereka yang levelnya lebih tinggi sebagai sekretaris atau manajer dengan gaji sebesar HK$10.000 (Rp 10 juta).

Mereka mendapat libur satu hari penuh tiap minggu, biasanya hari Sabtu atau Minggu, dan boleh pergi kemana saja untuk ber-rekreasi, biasanya berkumpul di taman-taman yang banyak di Hongkong, antara lain di Causeway Bay Park yang terdapat banyak restoran Indonesia yang tarif-nya terjangkau, sekitar HK$20-HK$50 satu porsi (Rp 20.000 -50.000), hampir sama dengan harga-harga di Indonesia.

Berapa besar Devisa yg masuk Indonesia tiap bulan? Kalau rata2 mereka bisa kirim HK$2000 x 100.000 pekerja = HK$200 juta per bulan atau HK 1,2 Milyar pertahun = Rp 1,2 Trilyun per tahun...
Hong Kong adalah sebuah negara maju, dengan kehidupan yang serba teratur, dimana-mana ada akses Internet dan WiFi, melalui yang gratisan sampai yang berbayar bulanan. Ternyata para Pekerja Indonesia di HK juga tidak ketinggalan dalam memanfaatkan Internet, terbukti dari salah satu yg menenteng Laptop bisa buka-buka Facebook untuk berkomunikasi dengan kaawn2 mereka di LN mauapun di Indonesia.

Berikut ini adalah interview kawan dari Migrant Care Indonesia:

Sunday 25 October 2009

Enaknya Hidup di Negeri Asing yang membuat kita Irihati - Tantangan bagi Pemerintahan SBY-Boediono

Berikut ini adalah wawancara saya terhadap dua orang Warga Negara Indonesia yang hidup menetap di negeri asing yang membuat kita semua menjadi irihati, yaitu di Negeri Kincir Angin Belanda dan Negeri Kangguru Australia. Tulisan ini sengaja kami buat dan sebarkan di Milis agar membuat bangsa Indonesia, terutama agar para Pemimpinnya menjadi iri hati untuk dapat mengusahakan semaksimalnya agar kondisi kesejahteraan Rakyat Indonesia dapat mendekati, menyamai atau bahkan melebihi kondisi kesejahteraan Rakyat di kedua negeri asing tersebut.

Kami harapkan agar kondisi itu menjadi Tolok Ukur Pemerintahan Kabinet SBY-Boediono 2009-2014 dalam merencanakan dan mengusahakan perbaikan Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Rakyat Indonesia pada umumnya. Ini menjadi cita-cita atau sasaran jangka panjang Pemerintahan-Pemerintahan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang.

1. Kehidupan di Negeri Belanda

Bapak X adalah seorang dokter spesialis Penyakit Jantung lulusan sebuah Universitas terkenal di Indonesia yang melewatkan sebagian waktu hidupnya untuk bekerja dan mengajar di Negeri Belanda. Beliau saat ini telah pensiun dalam usia 70 tahun dan melewatkan kehidupan sehari-hari sebagai pensiunan 100%, sebab kalau di Indonesia seorang pensiunan umumnya tidak pensiun 100%, melainkan masih sibuk dalam berbagai aktivitas untuk menambah penghasilan pensiunnya yang tidak cukup.

Bapak X sekarang samasekali tidak lagi bekerja untuk menambah penghasilannya, sebab uang asuransi pensinunnya sudah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari plus untuk rekreasi, olah raga dan jalan-jalan ke luar negeri (keluar Belanda) satu atau dua kali setahun. Saya bertemu beliau di kota Bandung saat beliau mengunjungi sanak keluarganya sambil melepaskan rasa rindu tanah air beliau. Bulan depan beliau akan ke Singapura mengunjungi puteranya yang bekerja disana, kemudaian awal tahun 2010 beliau akan kembali lagi ke Belanda menikmati ketenangan hidup di negeri Kincir Angin.

Tiap penduduk yang bekerja di Belanda, baik itu WN Belanda maupun WNA akan dapat memilih satu atau lebih Asuransi Jiwa yang biayanya diambilkan dari sekitar 10% gaji bulanannya, sehingga dimasa pensiun, penduduk itu akan dapat hidup lebuh dari cukup dan nyaman tanpa harus bekerja lagi untuk mencukupi kekurangannya. Di Belanda juga ada aturan bahwa tiap penduduk (WN Belanda atau Asing) yang sedang menganggur dapat meminta uang bantuan pengangguran yang cukup untuk hidup sederhana. Ia akan dicarikan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan pengalamnnya agar tidak lagi memerlukan bantuan uang pengangguran.

Aturan yang sangat menguntungkan penduduk Belanda itu sering juga dimanfaatkan oleh penduduk WNA nakal dan malas yang tinggal di Belanda, misalnya berlama-lama menganggur, namun tetap dapat hadup enak dari uang bantuan pengangguran itu. Namun resikonya, bila ketahuan, ia akan dideportasi.

Gaji tiap penduduk Belanda adalah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari keluarga, rekreasi, bayar transport, mencicil rumah, dan membayar asuransi Pensiun Hari Tua.

Beberapa tahun yang lalu saya bertemu dengan seorang Indonesia yang pensiun dini dari pekerjaan Tukang Masak di Belanda. Dari uang pensiunnya itu, ia dapat menyewa sebuah penginapan kecil di pantai Niece, Perancis, sambil menikmati kehidupan pantai Riviera Perancis yang indah itu selama musim panas. Kerjanya sehari-hari hanyalah mandi dipantai, minum-minum dan bemalas-malasan di tepi pantai.

2. Kehidupan di Australia

Bapak Y adalah warga Lembang, Bandung yang setelah lulus Sekolah Pariwisata Bandung (NHI) merantau ke negeri Kangguru Australia. Beliau sukses berbisnis Cafe di Melbourne Australia, lalu menikah dengan seorang gadis imigan asal Ukraina. Beliau dikaruniai dua orang putera, yang satu lulus SMA dan langsung bekerja, sedang yang satu lagi masih di sekolah lanjutan. Dengan hasil berbisnis Cafe itu, Bapak Y dapat mengunjungi tanah air tiap tahun untuk berlibur dan melepas rindu pada sanak keluarganya di Indonesia.

Anak-anak muda Australia pada umumnya tidak banyak yang menginginkan sekolah yang tinggi di Universitas, selain biayanya mahal, juga cukup berat untuk lulus dengan cepat dan baik. Mereka lebih berfikir untuk langsung bekerja, sebab dengan pendidikan setara SMU atau Sekolah Menengah Kejuruan, mereka sudah dapat memperoleh penghasilan yang lebih dari cukup untuk hidup, makan sehari-hari, berekreasi, mencicil beli motor, mobil atau rumah.

Tiap warga negara Australia yang sedang menganggur dapat meminta tunjangan pengangguran yang cukup untuk hidup sederhana sehari-hari. Dana tunjangan pengangguran ini diperoleh dari pajak penghasilan para warga yang sedang tidak menganggur.

Semoga informasi ini bermafaat bagi para Pembuat Kebijakan Nasional Indonesia untuk membuat perencanaan untuk mensejahterakan Rakyat Indonesia seperti kesejahteraan yang dinikmati oleh para Warga Belanda dan Australia tersebut diatas.

Silahkan ditangapi.

Tuesday 14 April 2009

Serba-serbi Pemilu Legislatif 2009: Caleg yang berhasil bergembira, yang kalah Stress berat!

  • Ada Caleg yang langsung meninggal saat tahu bahwa dirinya tak masuk DPR atau DPRD.
  • Ada Caleg yang langsung mengambil kembali Karpet yang Ia sumbangkan ke Masjid ketika Kampanye Pemilu Legislatif y.l. karena tahu kalah.
  • Ada Caleg di Sulawesi Selatan yang langsung menutup jalan desa yang disumbangkan Kakeknya, ketika Ia tahu kalau kalah.
  • Artis Diah Pitaloka (si Oneng) mengungguli perolehan suara Taufik Kiemas Caleg Nomor 1 PDIP di Jabar
  • Artis Wanda Hamidah dan Mandra unggul dalam perolehan suara untuk DKI. Agung Laksono terlempar dari DPR. Wanda hanya jual mobilnya untuk ongkos kampanye.
  • Ustadz H. Ujang Hambali dari Cirebon sudah menangani 21 orang Caleg yang stress karena gagal di Pemilu Legislatif. 10 orang stress berat, satu orang jadi gila. Mereka ada yang dari kalangan pengusaha, pejabatlurah, dan pengangguran. Penyebab stress adalah karena utang yangmenumpuk dari Rentenir, ada yang sudah tidak punya rumah lagi karenadigadaikan, dan belum lapor anak-istri. Ada yang ditingalkankeluarganya. Yang diterima pak Ustadz Ujang adalah yang laki2, sebab ada Caleg perempuan yang terus-menerus menangis karena menyesal jadi Caleg yang gagal, akhirnya setelah diberi nasehat pak Ustadz, ia diminta pulang saja. Permintaan para Caleg yg lagi stress macam-macam, ada yang minta karaokean, ada dansa ajojing, ada yang teriak-teriak, dan lain-lain. Sebagai info, pak Ustadz Ujang mengeluarkan biaya hampir Rp 5 juta per hari untuk menangani para Caleg yang stress, namun beliau tidak minta bayaran apa-apa, kecuali sumbangan sukarela. Kalau ada Caleg yang gagal, silahkan hubungi beliau di desa Mundo Kabupaten Cirebon untuk konsultasi gratis.

Saturday 17 January 2009

Warung Lesehan Malioboro tempat makan Golongan Menengah kebawah


Ciri khas Jalan Malioboro pada malam hari adalah digelarnya warung-warung lesehan bagi para wisatawan domestik dan masyarakat golongan menengah kebawah. Warung-warung itu digelar didepan Hotel Garuda sampai ke depan perkantoran Pemda Yogya. Warung-warung ini sangat populer karena tarifnya yang miring, namun juga karena hidangan makanannya cukup lezat dan bergizi, mulai dari bebek goreng, ayam goreng, ayam panggang, burung dara goreng, sate, dan tak lupa gudeg Yogya yang enak dimakan.

Karena letaknya didekat Stasion Keretaapi Yogya, maka banyak pula para calon penumpang KA yang menyempatkan makan malam di warung-warung lesehan ini sembari menunggu jam berangkatnya KA ke Jakarta atau ke Surabaya. Salah satunya adalah pasangan muda-mudi JK Morris yang berasal dari Jakarta dan Windia Pintaloka, mahasiswi Fakultas Hukum dari Yogya. Mereka makan malam bersama sambil menunggu Keretaapi jurusan Yogya-Jakarta yang akan berangkat pada pukul 23.00 yang tiba dari Surabaya.

Pengaturan tataruang diberbagai sudut kota Yogya yang rapi dan harmonis ini dapat membuat para wisatawan betah tinggal dan mengunjungi kembali kota Gudeg Yoyakarta. Ini perlu menjadi contoh pengelolaan tataruang di kota-kota lainnya.

Abang Becak dari Malioboro


Pak Liliek adalah seorang pengayuh becak yang sehari-harinya mangkal di perempatan Malioboro dan jalur Keretaapi Stasion Yogya. Ia menunggu para wisatawan yang selesai berbelanja di kios-kios pengrajin dan pertokoan sepanjang jalan Malioboro, selain juga para penumpang Keretaapi yang turun-naik di Stasion KA Yogyakarta. Itulah kehidupan rutinnya sehari-hari selama bertahun-tahun tanpa ada prospek perbaikan.

Pak Liliek juga pernah mencoba mencari nafkah di pabrik sepatu Spotec di Bekasi, Jawa Barat. Namun Ia bernasib sial, sebab Pabrik Sepatu Spotec terpaksa harus ditutup disebabkan karena sudah tidak menguntungkan lagi dan tidak kompetitif terhadap pabrik-pabrik sepatu lainnya di Vietnam, Thailand dan Cina.

Ia akhirnya harus kembali ke kampung-halamannya di Jawa Tengah, dan Ia kemudian mencoba peruntungan untuk menopang hidupnya dan keluarganya sebagai pengayuh becak. Ini adalah profesi yang satu-satunya dapat Ia kerjakan sesuai dengan keampuan atau keahliannya. Namun ditengan Krisis Finansial Global, makin sedikit saja para penumpang atau turis yang mau menaiki becak-nya, walaupun Ia sudah membanting tarifnya sebesar Rp5.000,- jauh-dekat. Sungguh malang nasibnya dan nasib orang-orang kecil disekeliling kita.

Adakah Pemimpin Indonesia yang mau mendengar dan memperhatikan nasibnya dan nasib rakyat kecil lainnya di Indonesia, serta berupaya semaksimalnya untuk menaikkan taraf hidup mereka? Padahal kita ini sudah mengenyam alam kemerdekaan selama 63 tahun dari Penjajahan Jepang dan Penjajahan Belanda. Dulu cita-cita para pejuang Angkatan 45 yang tak takut mati adalah menciptakan sebuah negara Indonesia Merdeka, berdaulat penuh untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang aman, makmur, adil dan sejahtera bagi segenap rakyatnya.

Apakah kita masih menunggu Ratu Adil atau sang Heru Cokro seperti yang diramalkan oleh Prabu Joyoboyo sekitar seribu tahun yang lalu? Kapan? Tahun 2009 ini?

Penjual Koran dari Malioboro


Adalah sosok pak Santoso, si Penjual Koran yang mangkal setiap hari di Jalan Malioboro, menawarkan dagangan koran-korannya kepada setiap pengunjung warung lesehan di sepanjang jalan itu. Ia telah 25 tahun menekuni profesi ini untuk menopang kehidupannya dan keluarganya.

Rambutnya telah mulai memutih pertanda bahwa usianya sudah makin lanjut, dengan tanpa masa depan yang jelas.

Begitulah nasib kebanyakan Rakyat Kecil di seantero Indonesia, masa depan yang tak jelas untuk hidup layak bagai seorang anak manusia yang dilahirkan di Dunia ini. Padahal dalam UU Dasar 1945 sudah jelas-jelas disebutkan bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah membentuk sebuah negara Indonesia yang berkeadilan sosial, aman tenteram kerta raharja bagi seluruh warga negaranya.

Tidakkah cukup waktu menunggu selama 63 tahun untuk merealisasikan cita-cita kemerdekaan Indonesia?

Pengamen dari Malioboro


Bagus Panuntun, pemuda asal desa Kedung Waru, kecamatan Karang Sambung Kebumen telah tiga tahun menekuni profesi sebagai seorang Pengamen di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Pendidikannya cukup tinggi, yaitu lulusan D3 Pariwisata Yogyakarta, dan Ia sempat bekerja disebuah hotel di Yogyakarta selama satu tahun, namun karena minimnya wisatawan yang menginap di hotel tempatnya bekerja, terpasa Ia harus berhenti bekerja.

Bagus berpakaian rapi, sopan dan santun. Lagu-lagu yang dinyanyikannya cukup baik, mulai dari lagu-lagu lama kenangan para turis senior sampai ke lagu-lagu masa kini yang digemari oleh remaja masa kini.

Sebagai seorang pemuda Indonesia, Bagus-pun punya cita-cita yang tinggi, bahwa kelak Ia bisa hidup layaknya para warga negara sebuah negara yang merdeka dan berdaulat selama lebih dari 63 tahun. Namun apa daya, di negeri ini masih belum terlalu banyak lowongan kerja yang memberikan penghasilan cukup untuk hidup layak sehari-hari. Ia sementara harus menekuni profesinya selaku Pengamen di Jalan Malioboro, tiap malam hari.

Bagus maupun masyarakat Indonesia pada umumnya mengharapkan kehadiran seorang Pemimpin Bangsa yang dapat membawa negeri ini menjadi negeri yang aman, makmur, adil dan sejahtera bagi seluruh Rakyat Indonesia. Akankah Pemimpin Baru Indonesia hadir dan memenangkan Pemilihan Presiden tahun 2009? Apakah Ia seorang Satria Piningit yang diramalkan oleh Prabu Joyoboyo seribu tahun yang lalu? Wallahu 'alam bissawab!

Selamat datang di Blog WARTA KEHIDUPAN

Blog WARTA KEHIDUPAN didedikasikan untuk mewartakan berbagai seluk-beluk kehidupan Rakyat Indonesia agar kita semua dapat memahami dan menyelami kehidupan sehari-hari mereka di alam dunia kemerdekaan Indonesia, sebab banyak diantara mereka yang terlupakan dan terlindas oleh gemerlapannya kehidupan para Selebriti, Tokoh, Pemimpin dan Kaum Jetset yang serba mewah.

Tujuan Blog ini adalah agar kita semua mawas diri, memberikan simpati atas kesukaran hidup mereka-mereka rakyat kebanyakan, serta bersedia untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup mayoritas rakyat Indonesia.

Tanggapan, saran-saran yang positif demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia sangat kita harapkan.

Wassalam,
Pengasuh Blog Warta Kehidupan