Sunday 25 October 2009

Enaknya Hidup di Negeri Asing yang membuat kita Irihati - Tantangan bagi Pemerintahan SBY-Boediono

Berikut ini adalah wawancara saya terhadap dua orang Warga Negara Indonesia yang hidup menetap di negeri asing yang membuat kita semua menjadi irihati, yaitu di Negeri Kincir Angin Belanda dan Negeri Kangguru Australia. Tulisan ini sengaja kami buat dan sebarkan di Milis agar membuat bangsa Indonesia, terutama agar para Pemimpinnya menjadi iri hati untuk dapat mengusahakan semaksimalnya agar kondisi kesejahteraan Rakyat Indonesia dapat mendekati, menyamai atau bahkan melebihi kondisi kesejahteraan Rakyat di kedua negeri asing tersebut.

Kami harapkan agar kondisi itu menjadi Tolok Ukur Pemerintahan Kabinet SBY-Boediono 2009-2014 dalam merencanakan dan mengusahakan perbaikan Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Rakyat Indonesia pada umumnya. Ini menjadi cita-cita atau sasaran jangka panjang Pemerintahan-Pemerintahan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang.

1. Kehidupan di Negeri Belanda

Bapak X adalah seorang dokter spesialis Penyakit Jantung lulusan sebuah Universitas terkenal di Indonesia yang melewatkan sebagian waktu hidupnya untuk bekerja dan mengajar di Negeri Belanda. Beliau saat ini telah pensiun dalam usia 70 tahun dan melewatkan kehidupan sehari-hari sebagai pensiunan 100%, sebab kalau di Indonesia seorang pensiunan umumnya tidak pensiun 100%, melainkan masih sibuk dalam berbagai aktivitas untuk menambah penghasilan pensiunnya yang tidak cukup.

Bapak X sekarang samasekali tidak lagi bekerja untuk menambah penghasilannya, sebab uang asuransi pensinunnya sudah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari plus untuk rekreasi, olah raga dan jalan-jalan ke luar negeri (keluar Belanda) satu atau dua kali setahun. Saya bertemu beliau di kota Bandung saat beliau mengunjungi sanak keluarganya sambil melepaskan rasa rindu tanah air beliau. Bulan depan beliau akan ke Singapura mengunjungi puteranya yang bekerja disana, kemudaian awal tahun 2010 beliau akan kembali lagi ke Belanda menikmati ketenangan hidup di negeri Kincir Angin.

Tiap penduduk yang bekerja di Belanda, baik itu WN Belanda maupun WNA akan dapat memilih satu atau lebih Asuransi Jiwa yang biayanya diambilkan dari sekitar 10% gaji bulanannya, sehingga dimasa pensiun, penduduk itu akan dapat hidup lebuh dari cukup dan nyaman tanpa harus bekerja lagi untuk mencukupi kekurangannya. Di Belanda juga ada aturan bahwa tiap penduduk (WN Belanda atau Asing) yang sedang menganggur dapat meminta uang bantuan pengangguran yang cukup untuk hidup sederhana. Ia akan dicarikan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan pengalamnnya agar tidak lagi memerlukan bantuan uang pengangguran.

Aturan yang sangat menguntungkan penduduk Belanda itu sering juga dimanfaatkan oleh penduduk WNA nakal dan malas yang tinggal di Belanda, misalnya berlama-lama menganggur, namun tetap dapat hadup enak dari uang bantuan pengangguran itu. Namun resikonya, bila ketahuan, ia akan dideportasi.

Gaji tiap penduduk Belanda adalah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari keluarga, rekreasi, bayar transport, mencicil rumah, dan membayar asuransi Pensiun Hari Tua.

Beberapa tahun yang lalu saya bertemu dengan seorang Indonesia yang pensiun dini dari pekerjaan Tukang Masak di Belanda. Dari uang pensiunnya itu, ia dapat menyewa sebuah penginapan kecil di pantai Niece, Perancis, sambil menikmati kehidupan pantai Riviera Perancis yang indah itu selama musim panas. Kerjanya sehari-hari hanyalah mandi dipantai, minum-minum dan bemalas-malasan di tepi pantai.

2. Kehidupan di Australia

Bapak Y adalah warga Lembang, Bandung yang setelah lulus Sekolah Pariwisata Bandung (NHI) merantau ke negeri Kangguru Australia. Beliau sukses berbisnis Cafe di Melbourne Australia, lalu menikah dengan seorang gadis imigan asal Ukraina. Beliau dikaruniai dua orang putera, yang satu lulus SMA dan langsung bekerja, sedang yang satu lagi masih di sekolah lanjutan. Dengan hasil berbisnis Cafe itu, Bapak Y dapat mengunjungi tanah air tiap tahun untuk berlibur dan melepas rindu pada sanak keluarganya di Indonesia.

Anak-anak muda Australia pada umumnya tidak banyak yang menginginkan sekolah yang tinggi di Universitas, selain biayanya mahal, juga cukup berat untuk lulus dengan cepat dan baik. Mereka lebih berfikir untuk langsung bekerja, sebab dengan pendidikan setara SMU atau Sekolah Menengah Kejuruan, mereka sudah dapat memperoleh penghasilan yang lebih dari cukup untuk hidup, makan sehari-hari, berekreasi, mencicil beli motor, mobil atau rumah.

Tiap warga negara Australia yang sedang menganggur dapat meminta tunjangan pengangguran yang cukup untuk hidup sederhana sehari-hari. Dana tunjangan pengangguran ini diperoleh dari pajak penghasilan para warga yang sedang tidak menganggur.

Semoga informasi ini bermafaat bagi para Pembuat Kebijakan Nasional Indonesia untuk membuat perencanaan untuk mensejahterakan Rakyat Indonesia seperti kesejahteraan yang dinikmati oleh para Warga Belanda dan Australia tersebut diatas.

Silahkan ditangapi.

No comments:

Post a Comment

Selamat datang di Blog WARTA KEHIDUPAN

Blog WARTA KEHIDUPAN didedikasikan untuk mewartakan berbagai seluk-beluk kehidupan Rakyat Indonesia agar kita semua dapat memahami dan menyelami kehidupan sehari-hari mereka di alam dunia kemerdekaan Indonesia, sebab banyak diantara mereka yang terlupakan dan terlindas oleh gemerlapannya kehidupan para Selebriti, Tokoh, Pemimpin dan Kaum Jetset yang serba mewah.

Tujuan Blog ini adalah agar kita semua mawas diri, memberikan simpati atas kesukaran hidup mereka-mereka rakyat kebanyakan, serta bersedia untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup mayoritas rakyat Indonesia.

Tanggapan, saran-saran yang positif demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia sangat kita harapkan.

Wassalam,
Pengasuh Blog Warta Kehidupan