Saturday 17 January 2009

Warung Lesehan Malioboro tempat makan Golongan Menengah kebawah


Ciri khas Jalan Malioboro pada malam hari adalah digelarnya warung-warung lesehan bagi para wisatawan domestik dan masyarakat golongan menengah kebawah. Warung-warung itu digelar didepan Hotel Garuda sampai ke depan perkantoran Pemda Yogya. Warung-warung ini sangat populer karena tarifnya yang miring, namun juga karena hidangan makanannya cukup lezat dan bergizi, mulai dari bebek goreng, ayam goreng, ayam panggang, burung dara goreng, sate, dan tak lupa gudeg Yogya yang enak dimakan.

Karena letaknya didekat Stasion Keretaapi Yogya, maka banyak pula para calon penumpang KA yang menyempatkan makan malam di warung-warung lesehan ini sembari menunggu jam berangkatnya KA ke Jakarta atau ke Surabaya. Salah satunya adalah pasangan muda-mudi JK Morris yang berasal dari Jakarta dan Windia Pintaloka, mahasiswi Fakultas Hukum dari Yogya. Mereka makan malam bersama sambil menunggu Keretaapi jurusan Yogya-Jakarta yang akan berangkat pada pukul 23.00 yang tiba dari Surabaya.

Pengaturan tataruang diberbagai sudut kota Yogya yang rapi dan harmonis ini dapat membuat para wisatawan betah tinggal dan mengunjungi kembali kota Gudeg Yoyakarta. Ini perlu menjadi contoh pengelolaan tataruang di kota-kota lainnya.

Abang Becak dari Malioboro


Pak Liliek adalah seorang pengayuh becak yang sehari-harinya mangkal di perempatan Malioboro dan jalur Keretaapi Stasion Yogya. Ia menunggu para wisatawan yang selesai berbelanja di kios-kios pengrajin dan pertokoan sepanjang jalan Malioboro, selain juga para penumpang Keretaapi yang turun-naik di Stasion KA Yogyakarta. Itulah kehidupan rutinnya sehari-hari selama bertahun-tahun tanpa ada prospek perbaikan.

Pak Liliek juga pernah mencoba mencari nafkah di pabrik sepatu Spotec di Bekasi, Jawa Barat. Namun Ia bernasib sial, sebab Pabrik Sepatu Spotec terpaksa harus ditutup disebabkan karena sudah tidak menguntungkan lagi dan tidak kompetitif terhadap pabrik-pabrik sepatu lainnya di Vietnam, Thailand dan Cina.

Ia akhirnya harus kembali ke kampung-halamannya di Jawa Tengah, dan Ia kemudian mencoba peruntungan untuk menopang hidupnya dan keluarganya sebagai pengayuh becak. Ini adalah profesi yang satu-satunya dapat Ia kerjakan sesuai dengan keampuan atau keahliannya. Namun ditengan Krisis Finansial Global, makin sedikit saja para penumpang atau turis yang mau menaiki becak-nya, walaupun Ia sudah membanting tarifnya sebesar Rp5.000,- jauh-dekat. Sungguh malang nasibnya dan nasib orang-orang kecil disekeliling kita.

Adakah Pemimpin Indonesia yang mau mendengar dan memperhatikan nasibnya dan nasib rakyat kecil lainnya di Indonesia, serta berupaya semaksimalnya untuk menaikkan taraf hidup mereka? Padahal kita ini sudah mengenyam alam kemerdekaan selama 63 tahun dari Penjajahan Jepang dan Penjajahan Belanda. Dulu cita-cita para pejuang Angkatan 45 yang tak takut mati adalah menciptakan sebuah negara Indonesia Merdeka, berdaulat penuh untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang aman, makmur, adil dan sejahtera bagi segenap rakyatnya.

Apakah kita masih menunggu Ratu Adil atau sang Heru Cokro seperti yang diramalkan oleh Prabu Joyoboyo sekitar seribu tahun yang lalu? Kapan? Tahun 2009 ini?

Penjual Koran dari Malioboro


Adalah sosok pak Santoso, si Penjual Koran yang mangkal setiap hari di Jalan Malioboro, menawarkan dagangan koran-korannya kepada setiap pengunjung warung lesehan di sepanjang jalan itu. Ia telah 25 tahun menekuni profesi ini untuk menopang kehidupannya dan keluarganya.

Rambutnya telah mulai memutih pertanda bahwa usianya sudah makin lanjut, dengan tanpa masa depan yang jelas.

Begitulah nasib kebanyakan Rakyat Kecil di seantero Indonesia, masa depan yang tak jelas untuk hidup layak bagai seorang anak manusia yang dilahirkan di Dunia ini. Padahal dalam UU Dasar 1945 sudah jelas-jelas disebutkan bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah membentuk sebuah negara Indonesia yang berkeadilan sosial, aman tenteram kerta raharja bagi seluruh warga negaranya.

Tidakkah cukup waktu menunggu selama 63 tahun untuk merealisasikan cita-cita kemerdekaan Indonesia?

Pengamen dari Malioboro


Bagus Panuntun, pemuda asal desa Kedung Waru, kecamatan Karang Sambung Kebumen telah tiga tahun menekuni profesi sebagai seorang Pengamen di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Pendidikannya cukup tinggi, yaitu lulusan D3 Pariwisata Yogyakarta, dan Ia sempat bekerja disebuah hotel di Yogyakarta selama satu tahun, namun karena minimnya wisatawan yang menginap di hotel tempatnya bekerja, terpasa Ia harus berhenti bekerja.

Bagus berpakaian rapi, sopan dan santun. Lagu-lagu yang dinyanyikannya cukup baik, mulai dari lagu-lagu lama kenangan para turis senior sampai ke lagu-lagu masa kini yang digemari oleh remaja masa kini.

Sebagai seorang pemuda Indonesia, Bagus-pun punya cita-cita yang tinggi, bahwa kelak Ia bisa hidup layaknya para warga negara sebuah negara yang merdeka dan berdaulat selama lebih dari 63 tahun. Namun apa daya, di negeri ini masih belum terlalu banyak lowongan kerja yang memberikan penghasilan cukup untuk hidup layak sehari-hari. Ia sementara harus menekuni profesinya selaku Pengamen di Jalan Malioboro, tiap malam hari.

Bagus maupun masyarakat Indonesia pada umumnya mengharapkan kehadiran seorang Pemimpin Bangsa yang dapat membawa negeri ini menjadi negeri yang aman, makmur, adil dan sejahtera bagi seluruh Rakyat Indonesia. Akankah Pemimpin Baru Indonesia hadir dan memenangkan Pemilihan Presiden tahun 2009? Apakah Ia seorang Satria Piningit yang diramalkan oleh Prabu Joyoboyo seribu tahun yang lalu? Wallahu 'alam bissawab!

Sunday 11 January 2009

Penyemir Sepatu dari Borobudur


Malioboro adalah salah satu pusat wisata Domestik yang paling tua di zaman Indonesia Merdeka yang menjadi tujuan para turis domestik dan kadang-kadang turis mancanegara. Kehidupan para penjaja dagangan kaos batik, baju batik, celana pendek batik, sandal, tas, dan berbagai pernik-pernik oleh-oleh khas asal Yogya, serta para pemilik warung-warung lesehan disepanjang Jalan Malioboro sudah begitu menyatu dengan wilayah wisata di Jalan Maliboro ini. Jenis-jenis produk dagangan mereka sudah sesuai dengan lingkunag wisata Malioboro, sesuai dengan selera para wisatawan yang menginjungi wilayah itu.

Mereka memulai bisnis mereka dari pukul 10.00 pagi sampai setelah pukul 21.00 malam. Warung-warung lesehan umumnya masih mau melayani para pengunjung sampai larut malam, sebab di warung-warung lesehan inilah para mahasiswa, anak-anak muda, dan para wisatawan domestik itu menyantap makan malam setelah seharian belanja berbagai oleh-oleh untuk keluarga maupun sahabat mereka.

Dibawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-X selaku Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta secara kesluruhan Yogyakarta adalah sebuah kota yang indah, tertata dengan rapi, pembangunan kota dan kota-kota Satelit seperti Sleman, Kaliurang, Bantul dan Muntilan ikut terbangun kehidupannya sebagai perluasan pembangunan kota Metropolitan Yogyakarta.

Model Pembangunan kota Yogyakarta patut dijadikan contoh model pembangunan bagi kota-kota Metropolitan lainnya di Indonesia.

Dalam kerangka untuk menyelami suka-duka dan pahit-getirnya kehidupan rakyat kecil di Yogyakarta, kami menyempatkan diri untuk makan malam di sebuah warung lesehan di Jalan Malioboro yang terkenal itu. Makanan-makanan yang tersedia cukup bervariasi, mulai dari ayam bakar, bebek goreng, gudeg Yogya, sate, dan lalapan sambal. Makanan-makanan itu memang sederhana dan murah disesuaikan dengan dayabeli masyarakat Yogya yang belum terlalu tinggi. Namun makanan-makanan itu bergizi cukup untuk membuat kita tetap sehat.

Belum lima menit kami duduk di warung lesehan, datanglah Nur, Penyemir Sepatu yang tiap malam bekerja di Jalan Malioboro. Pagi dan siang harinya Ia menjajakan jasa semir sepatu kepada para karyawan di Gedung-gedung Pemerintahan disepanjang Jalan Malioboro. Nur berusia sekitar 17 tahun dan sudah bekerja ditempat itu selama 3 tahun. Ia terpaksa putus sekolah karena Ia harus membantu kedua orangtuanya di Desa Borobudur, tempat kelahirannya.

Dengan tarif semir sepatu Rp 3000-5000 per pasang sepatu, Ia sudah mampu menghidupi dirinya dan kedua orangtuanya bersama adik-adiknya. Nur juga punya cita-cita bahwa suatu hari Ia bersama keluarganya dapat hidup lebih baik dari sekarang. Toh Indonesia sudah merdeka lebih dari 63 tahun, cukup untuk para Pemimpin negeri ini melaksanakan tugas mereka untuk memperbaiki kondisi bangsa Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh para Pendiri Bngasa, yaitu Sukarno, Hatta, Syahrir, Panglima Sudirman, Sultan HB-IX, Adam Malik, dan lain-lainnya.

Sudah waktunya Indonesia menjadi sebuah negeri yang makmur, adil, aman, sentosa, gemah ripah loh jinawi, kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana dicita-citakan saat membentuk Negara Republik Indonesia pada tahun 1945.

Sudahkah cita-cita kemerdekaan Indonesia ini menjadi tujuan utama para Calon-calon Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, dan calon-calon Anggota DPR, DPRD yang sering berkampanye di berbagai tempat di Indonesia?

Saturday 10 January 2009

Selamat datang di Blog WARTA KEHIDUPAN

Blog WARTA KEHIDUPAN didedikasikan untuk mewartakan berbagai seluk-beluk kehidupan Rakyat Indonesia agar kita semua dapat memahami dan menyelami kehidupan sehari-hari mereka di alam dunia kemerdekaan Indonesia, sebab banyak diantara mereka yang terlupakan dan terlindas oleh gemerlapannya kehidupan para Selebriti, Tokoh, Pemimpin dan Kaum Jetset yang serba mewah.

Tujuan Blog ini adalah agar kita semua mawas diri, memberikan simpati atas kesukaran hidup mereka-mereka rakyat kebanyakan, serta bersedia untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup mayoritas rakyat Indonesia.

Tanggapan, saran-saran yang positif demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia sangat kita harapkan.

Wassalam,
Pengasuh Blog Warta Kehidupan

Selamat datang di Blog WARTA KEHIDUPAN

Blog WARTA KEHIDUPAN didedikasikan untuk mewartakan berbagai seluk-beluk kehidupan Rakyat Indonesia agar kita semua dapat memahami dan menyelami kehidupan sehari-hari mereka di alam dunia kemerdekaan Indonesia, sebab banyak diantara mereka yang terlupakan dan terlindas oleh gemerlapannya kehidupan para Selebriti, Tokoh, Pemimpin dan Kaum Jetset yang serba mewah.

Tujuan Blog ini adalah agar kita semua mawas diri, memberikan simpati atas kesukaran hidup mereka-mereka rakyat kebanyakan, serta bersedia untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup mayoritas rakyat Indonesia.

Tanggapan, saran-saran yang positif demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia sangat kita harapkan.

Wassalam,
Pengasuh Blog Warta Kehidupan